Mendadak berangkat
Halo semua, saya balik lagi ke blog yang udah berdebu ini saking jarangnya ngepost tulisan. Kali ini saya mau cerita tentang perjalanan saya terdampar di Depok. Pertama kali ke Depok ada urusan mendadak di kampus Universitas Indonesia (UI) sehinggga butuh menginap di dekat situ.
Awalnya saya berkeputusan untuk menginap di rumah saudara di Jakarta bagian timur, namun urusan tsb membutuhkan waktu kedatangan yang sangat pagi. Walhasil searching lah saya pakai app pencari penginapan pakai TrepeloQa. Perlu dipertimbangkan apakah penginapan tsb jauh dari UI, mengingat kota Depok ini termasuk kota macet (dan ternyata benar terutama saat weekend). Pertimbangan lain, apakah penginapan ini berada di sisi yang sama dengan UI atau harus menyebrang jalan raya besar. Mengingat UI termasuk wilayah terkenal & banyak orang ingin ke sana (? ^_^i) pasti puteran balik kendaraannya jauh (dan ternyata benar juga terutama saat jam-jam macet), maka saya pertimbangkan penginapan yang sesisi dengan UI supaya tidak payah mencari putaran balik.
Setelah searching di app TrepeloQa, saya dapat 2 penginapan yaitu Margonda Residence (MaRes) 3 yang berjarak 2 km dari UI, letaknya sesisi dengan UI; 1 lagi MaRes 2 yaitu letaknya di sebrang UI, berjarak 0,8 km dari UI. Memang MaRes 3 sesisi dengan UI, letaknya ada di selatan UI, tapi agak jauh. Cemas akan macet di perkotaan, rute ke UI yang harus muter agak jauh dulu ke jembatan layang di sebelah utara, maka saya pilih MaRes 2 yang berada di sebrang UI (sebelah timur UI). Fee 1 malamnya masih lumayan terjangkau dibandingkan di hotel-hotel. Walaupun puteran balik kendaraan mungkin jauh, tapi setidaknya masih bisa nyebrang dengan kaki sendiri melintasi jembatan di atas rel kereta api.
Setelah booking di MaRes 2, saya kembali searching. Ternyata ini adalah tempat yang dulu heboh dengan kasus mutilasi pembunuhan Ryan. Saya sempat agak syok ^_^iiiii Tapi mau gimana lagi, udah terlanjur booking. Setelah lihat-lihat review orang yang sudah banyak menginap di sana, rata-rata memberikan kesan baik sehingga saya pede aja lah.
Arrived at East Jakarta
Cuaca buruk saat pendaratan. The scariest landing ever :-S Akhirnya saya sampai di bandara HLP. Untuk menuju Depok tentu ga mudah kalo naik taksi biasa karena harap-harap cemas bolak balik liatin argo-kantong-argo terus. Saya bertanya ke counter shuttle bus Damri untuk rute HLP ke Depok seperti yang saya udah search di internet. Sayangnya ternyata shuttle bus tsb belum keluar SKnya sehingga belum bisa beroperasi. Padahal dari biaya cukup hemat yaitu 30ribu rupiah saja per orang. Tidak kena panas berkeringat ria di perjalanan yang mungkin saja macetos bangetos, tapi ga pula mahal seperti naik taksi biasa. Ya uwis. Sehingga saya coba pesan mobil dari app GowKar. Dagdigdug lihat tarif. Ternyata hanya memakan 80ribu rupiah saja dengan melewati jalan-jalan pintas di Pengadegan, Kalibata & Pasar Minggu.
HLP - Depok
Di perjalanan dari HLP ke Depok, saya tidak menjumpai kemacetan yang na'udzubillah. Setelah melewati beberapa area, saya baru sadar bahwa Jakarta ini padatnya ruarrrrr biasa. Pemukiman yang padat, rumah berdempet-dempet, rumah 1 dengan yang lainnya benar-benar bersebelahan dinding dengan dinding (maapkeun saya yang lebay -_-i), hampir tidak ada lagi tanah di sekeliling masing-masing rumah di depan samping kanan kiri, juga mungkin belakang, beberapa memang ada yang menyisakan tanah di depan teras untuk lampu taman, sisanya sudah disemen untuk memarkir mobil/kendaraan pribadi. Berbeda dengan kota saya berasal, yang sebagian besar masih terdapat tanah di sekeliling rumah tempat tinggal. Setidaknya masih ada kesempatan 'bernapas lega' buat si penduduk rumah. Belum lagi apartemen-apartemen menjulang yang berjamuran di mana-mana. Terakhir saya ke Jakarta, belum ada gedung apartemen di Kalibata (hayo coba tebak itu tahun berapa, tahun jebot kan? Btw bus way saya udah lama ge denger kosakata "jebot" hahaha ^_^i). Namun, tak dipungkiri kota ini masih saja diminati orang untuk bermukim & membanting tulang mencari nafkah.
Finally arrive at Depok |
Di bagian dalam terdapat beberapa gedung. Setelah berteleponan dengan mba-mba penginapannya akhirnya gedung saya ketemu juga, berada di agak belakang dibandingkan apartemen-apartemen lain. Saya dapatkan kunci kamar & diantar langsung ke kamar di lantai 9. Finally nyicip juga tinggal di apartemen hehe. Ternyata apartemen itu seperti kamar berbentuk segi 4 yang berukuran kecil dengan tempat tidur, tv, meja, lemari & wastafel berada di 1 ruangan tsb, dengan toilet yang kecil juga. Lyfe is hard though but its okay O:-)
Setelah mencari posisi wuenak, mengecek lampu, tv, pintu, air, jendela, ac yang sudah dalam keadaan baik, saya & adik mencari makan di sekitaran MaRes. Cukup banyak yang bisa dijadikan tempat makan. Karena lapernya udah kebangetan maka kami memilih restoran Padang untuk makan siang menjelang sore.
Setelah kelar makan, lanjut survey tempat ke UI. Agak sulit membooking mobil GowKar atau GrepKar dari sisi MaRes 2 ke UI karena putaran balik kendaraan jauh, macet & juga jalan masuk ke UI hanya 1 yaitu di sebelah utara, sehingga harus mengambil posisi yang mudah untuk ke arah utara. Alhasil saya & adik menyebrang jalan Margonda Raya dari sisi MaRes 2 ke sisi UI. Sempat cancel booking mobil karena salah mengenal plat mobil & juga patokan tempat yang sulit dikenali. Saat ditanya tempatnya sudah lewat Detos atau belum, saya ga bisa jawab karena letak Detos pun tidak tahu ada di mana (maapkeun ya pak ^_^i). Booking kedua akhirnya berhasil namun mobil stop kejauhan sehingga kami harus berjalan lagi ke mobil yang sudah stop itu saking ga ada puteran balik yang dekat & waktu sudah semakin sore. Dan naiklah kami ke mobil menuju UI yeay!
Visit UI
Finally tiba juga di UI, kampus idaman mahasiswa Indonesia :"") Berhubung naik mobil, kami melewati loket & membayar karcis 4ribu rupiah #cmiiw . Setelah survey tempat di UI, saya & adik ingin coba merasakan naik bis kuning (BiKun). Tujuan kali ini kembali ke stasiun UI. Dari stasiun UI bisa menyebrang lewat jembatan penyebrangan di atas rel kereta api untuk mencapai jalan Margonda Raya kembali. Jalan kaki yang jaraknya lumayan seperti ini mungkin memang agak jauh, tapi saya masih okay. Yang bikin saya mau nyerah adalah naik jembatan penyebrangannya. Haduh. Nyerah! Tinggi banget yak, apa saya yang lebay? Dunno ^_^i Dan naik BiKun ternyata gratis. Jangan lupa ucapkan terima kasih kepada pak supir saat tiba di halte yang dituju.
Mujiggae. I want this again & again >_< |
Ya, karena sempitnya waktu, kami tentu ga bisa mengunjungi seluruh sudut kota Depok :-p , maka kami memutuskan untuk mampir saja ke mall terbesar di Depok: Margo City, ke arah selatan kota Depok. Margo City ini sesisian dengan MaRes 2, berarti bersebrangan dengan UI. Tujuan ke mall: cari makan malam, sarapan untuk besok paginya & cuci mata. GrepKar tentu saja jadi andalan. Sempat terpikir untuk naik angkot, tapi daripada pusing mau naik angkot yang warna apa atau nomor berapa, udah cus GrepKar aja. Kami makan malam di Mujigae yaitu restoran bertema Korea, untung memesan menunya ga harus pake bahasa Korea #eh :-p . Menu yang dipesan menu yang bisa memanggang daging sapi ala-ala. Akhirnya nyicip juga haha #missionaccomplished
Pulangnya pun kembali memesan GowKar. Karena harus kembali ke MaRes di sebelah utara, ditambah macet saat weekend & putaran balik kendaraan yang super jauh, kami menyebrang dulu ke Detos, lalu naik mobil dari depan lobinya.
Sesampai di MaRes, kami istirahat #dahgituaja
Depok dari atas apartemen di pagi hari |
Masih banyak yang sebenarnya pengen dikunjungi. Tapi apa boleh buat, saatnya kembali ke ibukota DKI. Saya kembali memesan GrepKar menuju bagian timur Jakarta. Mengeluarkan kocek hanya 80ribu rupiah saja + karcis tol sekitar 17ribu rupiah. Saya cus lewat tol Jagorawi sekalian biar bisa cepat sampai di rumah saudara. Thanks Depok, kapan-kapan kita ketemu lagi!
No comments:
Post a Comment