Akhirnya tangan ini tergerak lagi untuk mengetik sepatah dua patah kata, akhirnya keterusan ;D
Sudah lama nggak nulis. Ternyata benar. Nggak nulis itu salah 1 hal yg bikin stress rasanya nggak mau pergi =( Makanya mungkin kelesuan belakangan ini mungkin akibat dari kebiasaan buruk tsb, malas nulisss.
Heuh.
Baik, kucoba perlahan.
Belakangan ini hari2 yg kulalui memang berbeda dari keseharian, yg tadinya kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang (bukan kuliah rapat =P) menjadi ba-ma-ja-pu-ti alias bangun-makan-jalan-pulang-tidur (ya ampyun maksa mode: on).
Hari Sabtu
hari pertama kakiku menjejak tanah Betawi, terasa angin yg cukup dingin membelai setelah aku keluar dari sebuah burung besi. Huahhh.... Langit sedikit mendung, tapi hatiku berkobar-kobar, menantikan apa saja yg akan jadi pemandangan baru, yg belum pernah kulihat di ibukota ini.
Minggu pagi,
kulalui dengan berkeliling di Stadion Senayan. Baru pertama kali aku ikut lari pagi di sini. Subhanallah, banyak juga ternyata (yg rajin olahraga) ga seperti aku ;P, hampir seperti Stadion Kuningan yg tiap Minggu pagi selalu diramaikan oleh murid2 sekolah + masyarakat umum berolahraga.
Di masing2 sudut dekat pintu-pintunya (ada 12 pintu) terdapat mahasiswa2 dari universitas2, lebih tepatnya lagi mahasiswa dari fakultas kedokteran. Mereka tampak sibuk melayani orang2 yg ingin dites tekanan darahnya, gula darahnya, asam uratnya, juga kolesterol bahkan trigliserida (hmmm... temannya kolesterol ). Semoga ada ide2 baru yg bisa diterapkan di TBM nanti.
Ada 1 hal yg menarik perhatianku. Di suatu sudutnya tampak seorang ibu2 duduk bersila, sedang memeluk anaknya dengan sangat erat. Kebetulan cuaca Minggu pagi saat itu lumayan dingin, yg terkadang disela dengan rintik lalu kembali berhenti, lalu gerimis lagi, dst. Di depan sang ibu itu terdapat kertas besar yg ada gambarnya, terhampar di semen tempat beliau duduk. Aku tak melihat dari dekat, tapi tampaknya seperti gambar2 patologi anatomi (jaringan2 patologis/diduga sakit yg dilihat dari mikroskop). Seseorang yg melihat lebih dekat mengatakan kalau si anak menderita kanker/radang jaringan otak, aku lupa.
Menarik perhatian & menggugah nurani memang. Tapi, aku tak begitu sreg dengan caranya. Menaruh gambar, tempat uang di depannya & duduk bersila menunggu pemberian orang-orang yg kasihan.
Aduhhh... Kenapa harus dengan cara begitu?
Banyak kondisi yg memaksakan diri seseorang untuk melakukan hal yg semestinya tidak terpuji, bahkan yg terlarang sekalipun. Dalam hal ini, kondisi yg mungkin memaksa sang ibu untuk mengemis (dengan memeluk anaknya yg wallahu 'alam ada kelainan di otak atau tidak) adalah kesulitan ekonomi, keadaan sang anak & harga diri sebagai seorang muslim.
Allah SWT nggak menyukai meminta-minta. Yg terbiasa meminta-minta akan membuat seseorang menjadi malas.
Samurah bin Jundub RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata, "Mengemis
adalah sebuah luka & seorang pengemis melukai wajahnya" (HR Abu Dawud)
Janganlah kita cepat menyerah kawan. Kita memang makhluk sosial yg tak bisa hidup tanpa orang lain, tapi bukan berarti kita tinggal duduk manis tak berbuat apa2 demi menyambung hidup & mendapat rezeki-Nya =(
Wallahu 'alam...
110209; 22.36 WIB
~Kamar, kota macet~