Thursday 29 December 2016

[Review] Maybelline BB Cushion

Bismillah...

Jumpa lagi di blog saya. Saya mau mereview sebuah BB cushion yang beberapa minggu lalu saya dapatkan di departemen store terdekat. Inilah Maybelline BB Cushion ^^ Mengenai cara pemakaian, sila searching di mbah Gugel atau Youtube karena sudah sangat buanyak sekali tutorial yang bertebaran. Saya mau bahas yang penting-pentingnya aja. Let's check it out :-D


Sumber: Dokumen Pribadi

Kesan pertama kali tahu:
Setelah melihat banyak video di Youtube, saya memutuskan mencoba BB cushion yang sedang "in" yaitu Maybelline BB cushion (selanjutnya disingkat jadi MBC). Karena Laneige BB Cushion tidak ada, dengan berani saya bergegas ke stand Maybelline di dept store terdekat.
Dari namanya BB cushion ini membangkitkan rasa penasaran. Melihat di drakor ada adegan aktrisnya yang pakai puff tapi koq ya ga ada bedak berbentuk powdernya, yang kemudian saya ketahui bahwa itu adalah BB cushion. Dan udah ada aktris lain yang jadi brand ambassador BB cushion ini kalo kalian suka nonton channel tv Korea. Saya jadi kerajinan searching-searching BB cushion & berakhir di sebuah merek yang saat ini produknya sudah ada di mana-mana, MBC ini awalnya saya bingung kenapa BB cushion, kenapa bukan AA, CC, DD atau EE (kalo ga salah ada kan ya krim EE? ^^i). Sekarang saya belum ketemu jawabannya, dan okeh kita coba pakai aja apa yang sudah ada di pertokoan.

Kesan setelah beli:
Tampilan produk Maybelline terbaru ini elegan (walaupun saya masih lebih seneng & mupeng banget pengen punya Laneige yang casenya cantik buanget, but it's okay). Kalo dibawa-bawa, ga berat & ga menuh-menuhin isi tas.

Kesan setelah pakai:
Namanya BB cushion, jelas produk ini bukan powder kering yang selama ini jadi barang wajib di dalam tas kita sehari-hari, tapi ini adalah berupa krim yang tidak terlalu kental tapi juga tidak terlalu cair, lalu ditap-tap (ngerti kan maksudnya? ;-P) ke wajah dengan puff khusus. Awalnya tampilan wajah seperti oily tapi setelahnya nggak juga. MBC sejauh ini nyaman digunakan. Saya lebih senang menambahkan loose powder di daerah T zone supaya lebih nge-set. MBC ini juga dapat menutup noda kehitaman di wajah dengan coverage level medium #imho . Ketahanan yang pernah saya capai bisa s.d sekitar 6 jam tanpa basuhan air semisal wudhu. Namun saya sarankan sepertinya BB cushion lebih cocok untuk kulit yang normal atau cenderung kering, karena setelah pemakaian, BB cushion ini memberikan tampilan yang agak oily (dowey?) #imho lagi.

Repurchase?:
Kemungkinan besar yes, tapi saya lebih berharap lagi Maybelline mengeluarkan produk refillnya saja. Karena beli pertama kali case serta isinya sekitar 230k, lumanyun kalo beli yang itu terus ^^i Lalu produk ini akan lebih baik kalo hemat-hemat dipakai, berhubung harganya selangit buat kantong. Menurut beauty advisernya, BB cushion ini habis dalam waktu sekitar 3 bulanan. Dan ingat, tutup rapat-rapat case bagian dalamnya supaya kamu ga nangis gara-gara BB cushionnya kering dengan percuma.

See you again :-)

[Review] Maybelline White Superfresh Liquid Powder

Bismillah...

Finally kepost juga tentang liquid powder 1 ini. Silahkan scroll down :-)



Kesan pertama kali tahu:
Ini adalah bedak cair (iya, bedak cair). Wow, sounds amazing! Bedak cair yang saya baru pertama kali tahu & pakai, jadi agak takjub. Selama ini hobi pakai bedak powder kering-kering gimana gitu huehehe. Liquid powder ini pertama kali saya tahu saat ada challenge para vlogger untuk bermake-up hanya dalam durasi 5 menit.

Kesan setelah beli:
Setelah lihat aslinya, okeh ini dikit juga ya isinya, sebanyak 25mL saja. Tapi saya belum pernah pakai ini sampai habis sehingga belum tahu. Maybelline White Superfresh Liquid Powder (selanjutnya saya singkat jadi MWSLP *bzzz panjang banget yak. Ya udah gapapa ^^i) ini akan cepat habis atau malah awet sampai 2 bulan lebih. Sekilas MWSLP ini mengingatkan saya dengan tipex SD! Hanya saja keluarannya berwarna coklat muda nude kulit gitu, bukan putih dempul hehe! Shade yang saya miliki (& setelah diskusi dengan beauty advisernya) warna orang Indonesia kebanyakan cocok di shade N3 yaitu Natural, karena shade yang 1 lagi bernama N2 Light kalo ga salah, terlalu terang.
MWSLP ini juga ga berat dibawa di dalam tas, juga ge menuh-menuhin isi tas. Namun dirasa agak repot untuk touch up ulang di tengah perjalanan karena konsistensi cairnya. 

Kesan setelah pakai:
I love this! Ia sudah ada SPF 50nya, cocok untuk yang terutama aktivitas harian lebih banyak di luar ruangan. MWSLP ini bukan bedak biasa, di dalamnya sudah terdapat foundation, pelembab & bisa jadi concealer juga di noda kehitaman di wajah. Walau agak repot memakainya dengan sapuan jari, namun lebih efektif agar merata di seluruh sudut wajah. Tampilan di wajah cukup matte, tidak oily di saya. Setelah diratakan, ga terlihat belepotan becek basah gitu di wajah karena liquid powder ini cepat kering.
MWSLP ini sebelum dipakai harus dikocok dulu. MWSLP ini juga cepat mengering sehingga pakainya diselesaikan di satu sisi wajah dulu, lalu lanjut ke sisi wajah yang lain. Saya lebih memilih untuk memakai ini di awal sebelum bepergian, lalu kalo perlu touch up setelah beberapa jam berlalu, pakai compact powder saja yang praktissssss ;-P

Repurchase?:
Yes. Untuk aktivitas outdoor yang butuh kepraktisan & juga butuh proteksi SPF tinggi (travelling misalnya), atau yang telat bangun padahal ada meeting penting di kantor atau ujian di kampus, MWSLP jawabannya *ihiyyy. Pemakaian MWSLP memakan waktu 3-5 menit saja.

[Review] Garnier Micellar Cleansing Water

Bismillah...

Maafkan timeline Anda yang banjir dengan review-an saya. Tapi sebelum kesan-kesannya hilang, akan saya tumpahkan di postingan-postingan ini :-P


Sumber: Dokumen Pribadi

Kesan pertama kali tahu:
Ini air saya pertama kali lihat kapan ya? Hmmm... (ini beneran mikiir lama nih)...
.....
..
Yak saya lihat Garnier Micellar Cleansing Water (selanjutnya saya singkat jadi GMCW) ini di postingan teman saya di medsos ^^ GMCW dapat dipakai untuk membersihkan wajah setelah pakai make up & beraktivitas seharian tanpa perlu dibilas. Setelah melihat dari luar, isinya seperti air bening saja. Wah ada ya air seperti ini, seperti air ajaib saja *apaaaa coba X-D Beneran bisa nih bersihkan make up dengan micellar water? Saya pertama lihat di mini market belum ada yang botol biru (untuk kulit berminyak) sehingga saya beli yang botol pink (untuk kulit sensitif).

Kesan setelah beli:
Kebetulan di counter mart terdekat, saya dapat kemasan 125 mL, tidak terlalu berat untuk dibawa-bawa & tidak menghabiskan space tas (tentu tas ukuran sedang-besar yaa). 

Kesan setelah pakai:
Produk keluaran Garnier ini mengandung micelles yang berfungsi mengangkat kotoran yang menempel di wajah. GMCW ini menurut saya berada di tengah-tengah, di antara air bersih biasa & the real make up remover yang ada 2 lapisan gitu isinya, minyak & air. Di saat membersihkan dengan air biasa, make up seringkali masih belum hilang sepenuhnya, namun kalo pakai make up remover hasil akhirnya sangat berminyak-minyak & menempel di wajah, di tangan sehingga ga nyaman, di situ saya merasa sedih *lhaaaa*, maksudnya saya, di situ lah saya putuskan untuk memakai micellar water. Yang saya suka, menggunakan micellar water ini bisa untuk bagian-bagian yang perlu hati-hati & agak smooth pembersihannya misalnya daerah mata & bibir (namun kalo pakai produk maskara atau lipcream matte waterproof yang susah hilangnya, saya belum pernah coba. Saya lebih sarankan untuk pakai make-up remover khusus mata & bibir ataupun minyak zaitun agar pembersihan di kulit tidak traumatis, kulit tidak menjadi kering & iritasi).
Statement "tidak perlu dibilas" seperti di banyak review orang memang benar, tapi lebih tepatnya untuk jangka waktu yang pendek saja. Setelah saya ujicobakan untuk tidak dibilas dalam waktu agak lama (sekitar 4 jam lebih) kulit jadi terasa berminyak, jadi jangan lupa cuci kembali wajah dengan air bersih ataupun dengan facial foam.

Repurchase?:
Yes :-) GMCW mungkin bukan micellar water pertama yang pernah ada, namun dari keterjangkauan harga & ketersediannya di mini market terdekat, GMCW bisa jadi pilihan.

Tuesday 4 October 2016

Journey to Depok

Bismillah.

Mendadak berangkat
Halo semua, saya balik lagi ke blog yang udah berdebu ini saking jarangnya ngepost tulisan. Kali ini saya mau cerita tentang perjalanan saya terdampar di Depok. Pertama kali ke Depok ada urusan mendadak di kampus Universitas Indonesia (UI) sehinggga butuh menginap di dekat situ.

Awalnya saya berkeputusan untuk menginap di rumah saudara di Jakarta bagian timur, namun urusan tsb membutuhkan waktu kedatangan yang sangat pagi. Walhasil searching lah saya pakai app pencari penginapan pakai TrepeloQa. Perlu dipertimbangkan apakah penginapan tsb jauh dari UI, mengingat kota Depok ini termasuk kota macet (dan ternyata benar terutama saat weekend). Pertimbangan lain, apakah penginapan ini berada di sisi yang sama dengan UI atau harus menyebrang jalan raya besar. Mengingat UI termasuk wilayah terkenal & banyak orang ingin ke sana (? ^_^i) pasti puteran balik kendaraannya jauh (dan ternyata benar juga terutama saat jam-jam macet), maka saya pertimbangkan penginapan yang sesisi dengan UI supaya tidak payah mencari putaran balik.

Setelah searching di app TrepeloQa, saya dapat 2 penginapan yaitu Margonda Residence (MaRes) 3 yang berjarak 2 km dari UI, letaknya sesisi dengan UI; 1 lagi MaRes 2 yaitu letaknya di sebrang UI, berjarak 0,8 km dari UI. Memang MaRes 3 sesisi dengan UI, letaknya ada di selatan UI, tapi agak jauh. Cemas akan macet di perkotaan, rute ke UI yang harus muter agak jauh dulu ke jembatan layang di sebelah utara, maka saya pilih MaRes 2 yang berada di sebrang UI (sebelah timur UI). Fee 1 malamnya masih lumayan terjangkau dibandingkan di hotel-hotel. Walaupun puteran balik kendaraan mungkin jauh, tapi setidaknya masih bisa nyebrang dengan kaki sendiri melintasi jembatan di atas rel kereta api.

Setelah booking di MaRes 2, saya kembali searching. Ternyata ini adalah tempat yang dulu heboh dengan kasus mutilasi pembunuhan Ryan. Saya sempat agak syok ^_^iiiii Tapi mau gimana lagi, udah terlanjur booking. Setelah lihat-lihat review orang yang sudah banyak menginap di sana, rata-rata memberikan kesan baik sehingga saya pede aja lah.

Arrived at East Jakarta
Cuaca buruk saat pendaratan. The scariest landing ever :-S Akhirnya saya sampai di bandara HLP. Untuk menuju Depok tentu ga mudah kalo naik taksi biasa karena harap-harap cemas bolak balik liatin argo-kantong-argo terus. Saya bertanya ke counter shuttle bus Damri untuk rute HLP ke Depok seperti yang saya udah search di internet. Sayangnya ternyata shuttle bus tsb belum keluar SKnya sehingga belum bisa beroperasi. Padahal dari biaya cukup hemat yaitu 30ribu rupiah saja per orang. Tidak kena panas berkeringat ria di perjalanan yang mungkin saja macetos bangetos, tapi ga pula mahal seperti naik taksi biasa. Ya uwis. Sehingga saya coba pesan mobil dari app GowKar. Dagdigdug lihat tarif. Ternyata hanya memakan 80ribu rupiah saja dengan melewati jalan-jalan pintas di Pengadegan, Kalibata & Pasar Minggu.

HLP - Depok
Di perjalanan dari HLP ke Depok, saya tidak menjumpai kemacetan yang na'udzubillah. Setelah melewati beberapa area, saya baru sadar bahwa Jakarta ini padatnya ruarrrrr biasa. Pemukiman yang padat, rumah berdempet-dempet, rumah 1 dengan yang lainnya benar-benar bersebelahan dinding dengan dinding (maapkeun saya yang lebay -_-i), hampir tidak ada lagi tanah di sekeliling masing-masing rumah di depan samping kanan kiri, juga mungkin belakang, beberapa memang ada yang menyisakan tanah di depan teras untuk lampu taman, sisanya sudah disemen untuk memarkir mobil/kendaraan pribadi. Berbeda dengan kota saya berasal, yang sebagian besar masih terdapat tanah di sekeliling rumah tempat tinggal. Setidaknya masih ada kesempatan 'bernapas lega' buat si penduduk rumah. Belum lagi apartemen-apartemen menjulang yang berjamuran di mana-mana. Terakhir saya ke Jakarta, belum ada gedung apartemen di Kalibata (hayo coba tebak itu tahun berapa, tahun jebot kan? Btw bus way saya udah lama ge denger kosakata "jebot" hahaha ^_^i). Namun, tak dipungkiri kota ini masih saja diminati orang untuk bermukim & membanting tulang mencari nafkah.

Finally arrive at Depok
Baik lah, mari kembali ke leptop. Sesampainya di Depok, saya menjumpai jalan Margonda Raya yang lumayan ramai, ditambah ada perbaikan saluran air di pinggiran jalan membuat jalan raya tsb sedikit macet & tersendat. Berbekal gps & alamat yang tertera di app penginapan kemarin, saya berhasil menemukan apartemen MaRes 2 yaitu di sebrang RM Mang Kabayan. Pantas setelah celingak-celinguk gedungnya agak sulit ditemukan karena letaknya agak dalam yaitu di belakang ruko-ruko.

Di bagian dalam terdapat beberapa gedung. Setelah berteleponan dengan mba-mba penginapannya akhirnya gedung saya ketemu juga, berada di agak belakang dibandingkan apartemen-apartemen lain. Saya dapatkan kunci kamar & diantar langsung ke kamar di lantai 9. Finally nyicip juga tinggal di apartemen hehe. Ternyata apartemen itu seperti kamar berbentuk segi 4 yang berukuran kecil dengan tempat tidur, tv, meja, lemari & wastafel berada di 1 ruangan tsb, dengan toilet yang kecil juga. Lyfe is hard though but its okay O:-)

Setelah mencari posisi wuenak, mengecek lampu, tv, pintu, air, jendela, ac yang sudah dalam keadaan baik, saya & adik mencari makan di sekitaran MaRes. Cukup banyak yang bisa dijadikan tempat makan. Karena lapernya udah kebangetan maka kami memilih restoran Padang untuk makan siang menjelang sore.

Setelah kelar makan, lanjut survey tempat ke UI. Agak sulit membooking mobil GowKar atau GrepKar dari sisi MaRes 2 ke UI karena putaran balik kendaraan jauh, macet & juga jalan masuk ke UI hanya 1 yaitu di sebelah utara, sehingga harus mengambil posisi yang mudah untuk ke arah utara. Alhasil saya & adik menyebrang jalan Margonda Raya dari sisi MaRes 2 ke sisi UI. Sempat cancel booking mobil karena salah mengenal plat mobil & juga patokan tempat yang sulit dikenali. Saat ditanya tempatnya sudah lewat Detos atau belum, saya ga bisa jawab karena letak Detos pun tidak tahu ada di mana (maapkeun ya pak ^_^i). Booking kedua akhirnya berhasil namun mobil stop kejauhan sehingga kami harus berjalan lagi ke mobil yang sudah stop itu saking ga ada puteran balik yang dekat & waktu sudah semakin sore. Dan naiklah kami ke mobil menuju UI yeay!

Visit UI
Finally tiba juga di UI, kampus idaman mahasiswa Indonesia :"") Berhubung naik mobil, kami melewati loket & membayar karcis 4ribu rupiah #cmiiw . Setelah survey tempat di UI, saya & adik ingin coba merasakan naik bis kuning (BiKun). Tujuan kali ini kembali ke stasiun UI. Dari stasiun UI bisa menyebrang lewat jembatan penyebrangan di atas rel kereta api untuk mencapai jalan Margonda Raya kembali. Jalan kaki yang jaraknya lumayan seperti ini mungkin memang agak jauh, tapi saya masih okay. Yang bikin saya mau nyerah adalah naik jembatan penyebrangannya. Haduh. Nyerah! Tinggi banget yak, apa saya yang lebay? Dunno ^_^i Dan naik BiKun ternyata gratis. Jangan lupa ucapkan terima kasih kepada pak supir saat tiba di halte yang dituju.

Mujiggae. I want this again & again >_<
It's time to explore (mall of) Depok!
Ya, karena sempitnya waktu, kami tentu ga bisa mengunjungi seluruh sudut kota Depok :-p , maka kami memutuskan untuk mampir saja ke mall terbesar di Depok: Margo City, ke arah selatan kota Depok. Margo City ini sesisian dengan MaRes 2, berarti bersebrangan dengan UI. Tujuan ke mall: cari makan malam, sarapan untuk besok paginya & cuci mata. GrepKar tentu saja jadi andalan. Sempat terpikir untuk naik angkot, tapi daripada pusing mau naik angkot yang warna apa atau nomor berapa, udah cus GrepKar aja. Kami makan malam di Mujigae yaitu restoran bertema Korea, untung memesan menunya ga harus pake bahasa Korea #eh :-p . Menu yang dipesan menu yang bisa memanggang daging sapi ala-ala. Akhirnya nyicip juga haha #missionaccomplished

Pulangnya pun kembali memesan GowKar. Karena harus kembali ke MaRes di sebelah utara, ditambah macet saat weekend & putaran balik kendaraan yang super jauh, kami menyebrang dulu ke Detos, lalu naik mobil dari depan lobinya.

Sesampai di MaRes, kami istirahat #dahgituaja




Depok dari atas apartemen di pagi hari
Kembali ke habitat
Masih banyak yang sebenarnya pengen dikunjungi. Tapi apa boleh buat, saatnya kembali ke ibukota DKI. Saya kembali memesan GrepKar menuju bagian timur Jakarta. Mengeluarkan kocek hanya 80ribu rupiah saja + karcis tol sekitar 17ribu rupiah. Saya cus lewat tol Jagorawi sekalian biar bisa cepat sampai di rumah saudara. Thanks Depok, kapan-kapan kita ketemu lagi!

Monday 29 February 2016

[Video] Ken Hirai & Kotaro Ling Ling

Bismillah.

Sorry for spamming your TL with my posts today haha. Kali ini video piano lagi. Video piano ini dimainkan oleh Aey Chayaboon di Youtube, dia main lagunya Ken Hirai judulnya Boku Wa Kimi Ni Koi Wo Suru versi piano. Saya pertama kali tau lagu ini sewaktu nonton film Kelas Internasional di Net TV episode 96, yang Kotaro pengen nembak Ling Ling. Kayaknya ini lagu sedih kalo denger lagu asli yang dinyanyiin Ken Hirai nya, tapi pas dipaduin ke episod 96 part 3/3 jadi suka aja liatnya. Kotaronya lucu, hehehe.

Ini piano version oleh Aey Chayaboon nya




Ini Kelas Internasional episod 96 yang bikin saya suka piano version lagu ini




Selamat menikmati ;-)

[Video] Fushigi Yuugi Piano Version

Bismillah.

Nah kali ini adalah video dari Youtube orang bernama Liz Xu Wilson. Sebenarnya saya ga terlalu ngikutin anime Fushigi Yuugi, cuma tau sekilas-sekilas saja dari komiknya & sempet nonton sedikit di channel Animax. Biasanya lagu-lagu Jepang mellow-mellow gimana gitu, jadi saya suka juga dengan OST Fushigi Yuugi ini. Kalo kamu suka anime Fushigi Yuugi, suka piano, atau lagi galau mellow baper whatever, atau pun ketiga-tiganya, wajib denger video yang 1 ini. Cakep!

Selamat menikmati! :-)


[Video] Sailor Moon Make Up Piano Version

Bismillah.

Kali ini soundtrack/apa lah namanya itu, di Sailor Moon versi piano. Di video ini pemainnya 1 orang saja, akun Youtube nya ayapiano98, videonya ada 2 layar, jadi pianisnya ini duet dengan dirinya sendiri. Keren!!! Thousand thumbs up.

Selamat menikmati! ^_^


[Video] Sailor Moon Orchestra

Bismillah.

Postingan ini khusus untuk penggemar Sailor Moon & penyuka orkestra. Keren-keren bangetttttt mainnya. Saya pengen bisa datang ke konser seperti ini suatu hari nanti. Kalo ga salah Sera Symphony ini bakal buat orkestra musiknya Cardcaptor Sakura juga. Can't wait!
Berikut ini orkestra yang paling saya suka. Sebenarnya ada 5 video, tapi saya cuma suka video nomor 1, 3, 4 saja. Kalo nomor 2 & 5 saya ga begitu familiar lagunya.

Nomor 1



Nomor 3




Nomor 4





Selamat menikmati ^_^

Stable February

Bismillah.

Bulan ini cukup stabil di berbagai hal. Simak update terbaru saya di bawah ini (eleuh formal bener euy ^^i).

1. Inteligensi Embun Pagi udah terbit!
Saya memang bukan pembaca pertama yang baca duluan, selesai duluan. Maunya hati buat baca semua nomor dari awal, lalu lanjut ke IEP ini, tapi keinginan hanya tinggal keinginan. Waktu sehari-hari telah diperebutkan oleh antrean buku-buku lain + drama Korea yang (dengan telatnya) baru saya gemari, haha, padahal udah booming dari dulu-dulu ^^i Sepertinya searching spoiler tentang buku Supernova 1-5 jadi ide yang bagus dibanding baca ulang kelima-lima bukunya. Barusan juga baca tentang IEP langsung dari penulisnya di goodreads, bisa dibuka di sini. Alasan pemilihan judul buku kali ini sangat lah cantik! I love it...

Cover putih IEP, yang kalo diliat dari sudut lain jadi terlihat hologramnya & simbolnya jadi pelangi. Love it!

2. Drama Korea!
Bener-bener telat saya, dulu hampir ga pernah nonton sekarang jadi suka. Sedikit cerita, dulu pernah zonk nonton drakor yang ceritanya aneh, 1 vcd/dvd langsung tamat, ceritanya cuma dari pagi hari sampe ke malam harinya, aktor & aktrisnya kurang ganteng & cantik juga hehe. Waktu itu kepengen coba-coba nonton yang episodnya ga terlalu panjang & memakan waktu. Waktu masa-masa magang juga pernah nonton, tapi di tv, jadi channelnya bersambung, ga terlalu di movie marathon-in, dianggap sambil lalu & pengisi waktu kosong saja. Karena trauma (lahhh) jadi ga pernah mau nonton lagi, sampe seorang teman kerja ngajak ke toko dvd & akhirnya nyoba beli 1 , Oh My Venus, sebagai pengobat luka lama (tsah!).
Kesan: Oh My Venus lucu. Sisanya belum nonton: Reply 1988 katanya bagus. Remember War of Son sekilas lihat kurang menarik covernya. Tapi katanya bagus, belum nonton juga. Semoga episod yang panjang ini ga bakal nyesel nontonnya. Hehe... Mungkin teman-teman ada rekomendasi judul yang ceritanya bagus? Tapi jangan yang terlalu remaja banget ya :-D

Nyoba nonton 3 drakor ini
Sumber: foto pribadi

3. Antrean buku lain
Kiri: buku hadiah dari my fam. Semacam buku quote tentang happiness.
Tengah: salah 1 karya Dan Brown yang katanya buagus buanget. Tebel banget yak *jiper*
Kanan: novel tentang pernikahan. Hati-hati baper..

Ngeri liat yang tengah. Bakal lama tamatnya  kecuali kalo ceritanya seru ^^i

4. Waktu berjalan ga berasa
Ada yang sudah sekolah, menikah, punya anak, punya anak 2, punya anak udah sekolah. Well, I hope this 2016 will be a great year. Ga ada bayangan sama sekali tahun depan gw itu gimana jadinya. Haha...

5. Kepengen lebih rajin lagi menulis
Ntah di blog atau di buku diary (cieee emang punya???). Pokoknya menulis. Lebih bagus lagi bisa jadi sebuah karya yang menghasilkan.

6. Pengen punya usaha sampingan/berwiraswasta
Enaknya apa ya?

7. Pengen sekolah lagi
Mayor sebenarnya lebih menarik, tapi selalu ciut begitu tau gimana penderitaan tahun-tahun saat sekolah tersebut *nulis dengan hati yang gerimis :"""" Memang bener kata pepatah, no pain no gain. Walau hati lebih prefer ke minor, tapi belum ada minor yang sreg di hati. Masalahnya ini untuk masa depan, pilihan kali ini menentukan masa depan. Ibu yang baik adalah ibu yang bisa bagi waktu antara rumah & urusan bukan rumah (contohnya pekerjaan). Rumah harus jadi nomor 1. Masalahnya, keluarga aja belum ada, dan tergantung masing-masing ibu itu sendiri, bisa ga mengatur rumah tangga dengan beban kerja yang ikut menyita waktu & tenaga. Sampai di rumah dengan tenaga yang tersisa, lalu memarahi anak-anak bukan lah hal yang baik. Sampai rumah dengan kelelahan, walaupun tidak marah dengan anak-anak pun, tapi jadinya ga ada banyak waktu buat bermain & bersama-sama dengan anak, I think it's not my cup of coffee. I don't know. Just wish me all the best...

Tuesday 9 February 2016

Bacaan Tersuper Akhir-akhir Ini

Bismillah.

Saya hobi baca buku. Tapi apa yang mau saya tulis ya? Hehe..

Hmm belakangan ini saya tertarik dengan bukunya kang Dan Brown (selanjutnya disingkat jadi DB). Dan sedikit menyayangkan kenapa belum baca bukunya sebelum nonton filmnya (Da Vinci Code & Angels and Demons). Tapi menyesal itu ga boleh, harus dijalani dengan semangat & pantang menyerah *lahh :"D

Baru-baru ini saya baru kelar baca Deception Point. Penuh hal-hal berbau science, yang saya kagumnya, itu adalah nyata, bukan khayalan belaka. Ini adalah novel pemuas hati diri saya setelah sekian lama ga baca buku kece macam HarPot, Lima Sekawan, yang bacanya bikin ga mau berhenti & sampe lupa makan minum. Lalu sekarang ini, buku kang DB yang lain yaitu The Lost Symbol & Digital Fotress sedang bikin saya penasaran pake banget. Katanya buku-buku kang DB sudah ada versi bahasa Indonesianya semua, tapi saya belum pernah nemu di tokbuk setempat. Sedih... Where to find?

Udah, segitu dulu aja :-D

We Have Our Own Shoes...

Bismillah.

Tiap orang punya cobaannya masing-masing. Ada yang ga punya fans (??) & ga punya bayangan kapan nikah. Ada yang fansnya di mana-mana, segambreng yang udah nawarin hidup bersama, tapi masih terhambat kakaknya yang ke sekian yang belum berkeluarga. Ada yang telah mengucap akad tapi bayangan post nikah ternyata berbeda 180 derajat & merasa kecewa. Ada yang H-sekian walimatul 'ursy nya, eh malah dibatalkan sepihak. Ada yang post lamaran besar-besaran, eh ga jadi menuju pernikahan. Ada yang sudah nikah sekian tahun belum kunjung berbuah hati. Ada yang belum berbuah hati, baru sekian tahun mengikat janji, dengan berbagai alasan memutuskan untuk menyerah lalu berpisah. Ada yang sudah memiliki 'buntut' 1 orang, setiap hari/minggu/bulan merasa dikejar-kejar sama pertanyaan "kapan ngasi adek?".

Dst..

Dst......

Setiap orang punya 'sepatu'nya sendiri. We don't have to judge, because our feet don't step on their own shoes...