Sunday 15 June 2014

Nyata vs Abstrak

"Sepertinya sudah hilang minat di bidang itu :)))) Mari move on."

Saya suka bangettt belajar tentang kejiwaan. Psikopatologi, mood, afek, ppdgj, kepribadian. Sudah sejak jaman perkuliahan. Tapi entah kenapa sekarang minat itu seperti menghilang. Ya, hilang minat. Selain kasusnya jarang ditemukan di praktek sehari-hari (kalo setiap hari ada pasien ini, saya jadi parno dengan lingkungan sekitar, jangan-jangan....... :-S), penegakan penyakit apanya juga abstrak dibanding bidang lain yang bisa kita dengar lihat raba rasakan :-p Saking terpaparnya dengan kasus fisik yang nyata, saking jarangnya ketemu orang dengan jiwa terganggu & nyata terlihat gejalanya, hmmm. Saya jadi berpikir ulang untuk lebih mendalami bidang ini.

Kejiwaan seharusnya jadi hal yang spesial. Ia jarang dikuasai banyak para spesialis. Jika ada apa-apa mengenai hal ini, insyaa Allah jadi orang nomer 1 yang pertama dicari. Lalu, selain praktek, hal lain yang bisa saya lakukan adalah mengajar. Sebuah impian masa lalu yang sampe sekarang masih ingin direalisasikan! Tapi (lagi), kasus nyata & bisa terdeteksi semua anggota panca indera sepertinya lebih menarik.

Istikharah kah? Kita lihat saja nanti.

One Twit One Post

Indeed!
Hehe. Terinspirasi dari One Day One Jus nih :p Okeh, sebenarnya banyak buanget hal yang mau saya tumpahkan ke dalam cerita tak bersuara di blog ini, tapi selalu & selalu ditunda-tunda. Kadang bingung harus nulis yang gimana. Hmmmm. Judul di atas adalah tekad saya yang sudah pernah terpikirkan beberapa waktu lalu tapi baru akan terwujud insyaa Allah dalam waktu dekat ini. Judul tersebut semoga bisa jadi motivasi saya untuk menulis dengan rajin & lancar. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Tujuan saya menulis?
Pertama, sebagai pemuas keinginan menulis pakai Twitlonger yang nyebelin karna untuk membukanya harus klik link dulu (dengan konsekuensi harus pakai fasilitas wifi yang belum tentu ada di mana pun saya berada).
Kedua, menulis di blog terlalu panjang & harus berpikir lama "enaknya nulis apa ya?" dan harus berakhir dengan ga jadi nulis. Saya juga jarang dengan sengaja menulis di notes lalu kemudian mempostkannya di blog. Itu sebuah hal yang dilakukan dengan keniatan yang sangat besar sekali *agak lebay tapi pas untuk seorang diri bernama saya*.
Ketiga, menulis di twitter memang enak dibaca tanpa Twitlonger, harus 140 karakter memang singkat, jelas, tepat sasaran, tapi belum terpuaskan hal apa yang benar-benar mau saya sampaikan.
Keempat, mengasah keterampilan menulis. Suatu saat hal ini akan terpakai, saya percaya.
Kelima, orang hobi baca seharusnya juga hobi menulis, bisa membagi hal bermanfaat apa yang sudah ia baca ke orang lain itu luar biasa.
Keenam, pemulih stres, pelega pikiran, mungkin akan jadi penyelesaian masalah karena berhasil nemuin titik temu di dalam benang yang ruwet.
Ketujuh, melatih menulis dengan sistematis, melatih menyampaikan ide dengan runut & tidak buat orang pusing membacanya. Malah jangan-jangan melatih kita untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Hmmmmm. Sementara itu dulu deh.

Okeh. Doakan saya ya! *ala benteng Takeshi*

Bismillah :D