Dek, tubuhmu begitu kurus, kering
Matahari membakar habis kulitmu
Rambut coklat ringanmu teracak angin berpadu polusi pekat
Tangan kirimu tengadah ke sana kemari
Tangan kananmu sibuk menggaruk kepala
Dek, nyanyianmu belum seberapa
Kecrekan kayu pengiring lagumu bahkan tak bersuara
Gayamu kuang bertenaga
Bajumu kusut kotor lagi amburadul
Performamu belum puaskan hatiku
Namun tak apa, dek
Di dalam dirimu masih ada api
Membara meredam perut yang berbunyi
Walau panas terik tak berhenti
Minimal ada usaha yang kau tunjuki
Demi sebutir nasi putih
Tapi sayang, dek
Dompet kakak telah habis tak berisi
Uang kk masih tertahan di bank
Itu pun jikalau dalam jumlah minimal untuk diambil
Tas kakak tak beruang sedikitpun
Kakak hanya punya… permen
Ya, permen
Hanya sebungkus
Memang tidak mengenyangkanmu, dek
Haus pun malah akan bertambah
Padahal suaramu menyanyi saja sudah serak
Perut telah lelah keroncongan saking laparnya
Langit seakan enggan memberi kesejukan hujannya setitik saja
Apa boleh buat
Permen tak berguna ini saja yang bisa kuberi
Kamu mau ya, dek?
Sejenak aku senang, dek
Tanganmu menyambut permenku
Tapi… oh tidak…
Permen itu melayang
Kau melenggang pergi
Kutatap permen itu
Terseret kaki penumpang lain
Lalu jatuh terhempas ke jalan
Dek… Oh… Dek…