Wednesday 22 October 2014

Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlaskan



Entah kenapa saya seneng banget sama tulisan di bawah ini. Kebaca di socmednya temen udah agak lama, cuma baru sekarang niat bener buat nge repost nya. Katanya sih ini lirik lagu dari sebuah grup pemusik bernama "Payung Teduh", dengan judul lagunya seperti yang saya jadikan judul untuk postingan ini. Lagunya belum pernah saya dengar. Mungkin yang pernah kuliah di Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia ada yang kenal dengan grup ini? 

Here it is

*** 
Untuk laki-laki yang berkemas pergi... 

Bagaimana jika kita tidak benar-benar berjumpa? Seperti para pengemis tidak benar-benar mengemis. Guru tidak benar-benar mendidik. Dokter tidak benar-benar menyembuhkan. Nelayan tidak benar-benar melaut? 

Bagaimana jika siang tak benar-benar terang. Kedua kaki tak benar-benar melangkah beriringan. Kedai tidak benar- benar ramai. Dan kita tidak benar-benar berjumpa? 

Ku kira kita tidak benar-benar saling menatap. Tidak benar-benar menopang dagu seraya mendengar. Tidak benar-benar melipat tangan sambil berbincang. Angin tidak benar-benar kering. Langit tidak benar-benar biru. Ronaku tidak benar-benar merah jambu. 

Mungkin, kita tidak benar-benar menyangsikan kehampaan. Kita tidak benar-benar memilih dan memutuskan. Kita tidak benar-benar melambai dan mengucap selamat tinggal. 

Bahkan, kita tak benar-benar mengerti arti pertemuan dan perpisahan? 

Mungkin, kita memang tidak benar-benar berjumpa. 

Dan rasa itu tidak benar-benar sama..

Update 4 Juli 2016 :

Setelah lihat dari Youtube, terjawab sudah. Tulisan di atas ternyata bukan lirik lagu. Ini adalah tulisan Sarah Tsaqofa.

No comments: