Friday, 25 July 2014

Make It Simple

"Legoooowo = let ittt gooo, wo"?
"Ikhlas lah, udah mengalami kekalahan koq masih ngoyo"

dst, dst...

Haha. Santai men. Sebagai sosok yang ksatria, menang ataupun kalah pasti diterima dengan legowow koq, lapang dada, asalkan itu FAIR. Sekarang keadaan saat ini ada kecurigaan dari pihak numero uno bahwa terdapat kecurangan yang dibiarkan. Yah biarkan saja si uno jalankan proses secara benar, secara hukum. Si duo & tim pendukung ga usah gentar, ga usah takut tha? Toh caranya benar kan. Justru jika memang si duo ada di pihak yang benar, ga ada masalah si uno mau ngapain aja. Ga perlu gentar. Ga perlu berkata-kata tidak santun. Ga perlu ngomong si ini fitnah si itu fitnah. Biarkan hukum tegakkan keadilannya. Kalo dirimu memang benar ga perlu takut.

Make it simple.

Saturday, 19 July 2014

Doa Untuk Teman

Masyaa Allah, keren banget! Baru dapet info hasil baca-baca postingan di temlen. Ada kawan (yang sebenarnya tidak dekat, namun Allah SWT telah temukan kami via jejaring sosial bernama blog) yang mau menjadi relawan medis ke....... Gaza!

Saya ga tahu terbuat dari apa pikirannya, yang pasti itu adalah keputusan yang sulit banget, terutama buat meyakinkan keluarganya, orang terdekatnya, mungkin juga terhadap dirinya sendiri. Tapi, kalo diri dia sendiri sudah mantab, ikhlas untuk mencari ridho Allah SWT, ga ada yang ga mungkin. Saya bingung mau ngomong apa. Excited! Kagum. Takjub. Keren. Apa lagi ya?

Saya pikir, hal ini bukan untuk mengkeren-kerenkan dirinya. Bukan tentang berlomba siapa yang paling bagus tugas menggambarnya waktu sekolah dulu, bukan sekedar dapat nilai tertinggi ujian lari maraton di mata pelajaran olahraga, bukan juara umum lomba sepakbola seantero fakultas, bukan dapat gelar doktor di universitas luar negeri yang kualitasnya peringkat 10 besar sedunia. Ini sebuah keputusan yang jauh dari hal duniawi, hal yang jauh lebih dalam dan bermakna dari itu. Pergi ke daerah konflik, ledakan di sana sini, darah dan tubuh terkapar tidak bernyawa menjadi santapan mata sehari-hari. Keluar dari comfort zone. Say goodbye kepada nasi sayur asam, udang asam manis, pizza, fetucini yang enak dan mengenyangkan, tidur nyenyak di kasur empuk, cuci mata di mall lihat blouse keluaran terbaru, tertawa nonton acara favorit di ruang tivi bersama ayah, ibu, adik, kakak.....

Tentu dengan tekad bulat, kakimu tegap melangkah, menolong saudara seiman yang terzalimi di belahan dunia lain sana agar mampu kembali melawan para la'natullah. Jalan tersebut juga mendekatkan seorang makhluk Allah SWT dengan tujuan akhir yang paling indah, yang paling diimpikan. Mati syahid.

Teman. Semoga niat dirimu tetap lurus, tidak berbelok akibat pujian manusia semata, tidak melenceng ke pikiran diri begitu hebat dibandingkan mereka yang belum bisa menyumbang apa-apa selain doa. Semoga. Aamiin... Saya bangga denganmu, walau kita ga ada keterikatan hati yang kuat layaknya sahabat, walau kita cuma teman yang sangat biasa saja.

Thursday, 17 July 2014

Sedikit Tentang CHSI

"Suami macam apa yang lebih percaya kata orang lain daripada kata istrinya yang jelas-jelas baik dan lurus?"

Itu twit hasil saya nonton #chsi di tivi. Gemes saya dengan mas Bram, suami yang tidak tegas terhadap mantan selingkuhannya, masih aja diladenin. Lalu istri kelewat sabar, ga main tangan dengan wanita penggoda yang wajahnya empuk banget buat di..... ah syudahlah.
 
 Saya yang kurang sabar ini mungkin ga mengerti level sabar tingkat tinggi seperti bunda Hana. Dan memang bener sih, kalo main tangan bakal membuat level kita sama rendahnya dengan wanita penggoda tersebut. Tapi ya setidaknya ada yang bisa dia perbuat demi keutuhan rumah tangganya. Benar kata mba Asma Nadia sang penulis, Hana terlalu naif.

Kenapa saya masih menonton sinetron yang saya sendiri katakan sudah mulai agak berlebihan konfliknya? Karena penulis #chsi sendiri mengatakan bahwa Hana dan Karin memang ada di dunia nyata. Saya ingin tahu gimana Hana bisa survive dalam badai kapal pesiarnya bersama nakhoda, sang suami.

Saran saya buat orang yang kebetulan punya kisah yang mirip dengan mereka, sebagai pembaca dan penonton yang masih kurang ilmunya tapi ingin mencoba objektif :

Suami harus lebih tegas menghadapi mantan selingkuhan, apapun caranya. Suami harus memikirkan hati istri yang sudah terlanjur terluka dalam, bukan tergores lagi, untungnya tidak membusuk dan bernanah (kiasan dari menyimpan dendam sehingga hati menjadi gelap).

Di sini lah saya benar-benar menangkap peran pentingnya menikah dengan memilih agama di atas yang lainnya (harta, paras, suku). Dengan sendirinya, agama akan melindungi pasangan suami istri dari rasa waswas, cemas tak berujung, tidur yang tidak tenang, karena masing-masing dari mereka tahu bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis yang tidak melanggar aturan Allah, mereka tahu cara menjaga diri dari perbuatan keji. Dan haloo, suami tipe-tipe mas Bram, Anda beruntung dapat istri sholehah seperti bunda Hana. Tolong lebih buka telinga terhadap istrinya. Jangan mudah percaya dengan kata-kata orang lain apalagi mantan selingkuhan Anda. Ingat, kalian pasutri, harus percaya satu sama lain.

Walaupun pasangan yang sudah menikah berdasarkan agama (seperti Hana dan Bram yang orang lain katakan pasangan sempurna, sama-sama baik dan sholeh), pun ga luput dari cobaan. Di situ lah mereka diuji, seperti ayat berikut:

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji lagi?" QS 29:2

Ayat di atas minimal menguatkan kita agar ingat bahwa Allah SWT sayang kita, derajat kita ingin dinaikkan dengan ujian. Pada akhirnya, masalah ga ada yang di luar batas kesanggupan hambaNya. Pasti ada jalan keluar walau semua terlihat buntu...

 Lalu bunda Hana, sebagai istri yang sholehah, sebaiknya ikut apa kata suami, berbakti  lah kepada suami. Kalau minta dihargai pendapat terus, hati-hati engkau durhaka terhadap suami. Tentu istri yang sholehah tau mana perintah yang sesuai syariat, mana yang melanggar syariat. Yang sesuai syariat tak pantas diabaikan. Bunda Hana semoga level kesabaranmu ga turun level ya.


 Sulit mengaplikasikannya, apalagi saya yang belum diberi kesempatan jadi istri orang. Semoga Allah SWT memberi kemudahan bagi hambaNya yang berniat dan mau bersungguh-sungguh meraih ridhoNya. Aamiin.


"Apapun kekurangan pasangan, tak pantas dibayar dengan sebuah perselingkuhan" Asma Nadia


Wednesday, 16 July 2014

Faded Away

Sedih saat mengetahui beberapa mimpi yang benar-benar saya impikan, kandas. Ga bisa putar balik waktu. Allah ga suka sama makhlukNya yang berandai-andai, itu tanda kufur nikmat. Ga boleh begitu ya. Saya tau saya ga bisa & ga boleh jalan di tempat. Tapi diri ini ga punya semangat lagi. Apa yang bisa membuat saya bisa bergerak ya?

Ya Allah, ke mana perginya semangat saya? Semakin lama semakin menghilang. Semakin luntur. Semakin pudar....

Setengah Hidup

Ya Allah saya begitu benci ada sifat seperti ini pada diri saya. Sifat buruk. Kenapa saya harus punya sifat rendah diri? Saya juga manusia, tau ada yang ga beres dengan kelakuan beberapa orang terhadap saya. Perlakuan mereka semakin memperparah sifat rendah diri saya yang sudah ada sejak saya masih sekolah dasar. Saya semakin merasa sendirian, ga punya tempat bersandar. Saya jadi ga punya semangat menghadapi esok hari. Saya harus apa? Saya harus gimana?



Mereka ga ada bilang apa-apa ke saya salah saya apa. Saya merasa ga melakukan apa-apa. Tolong kasitau, tidak usah diam-diam & berlaku seperti orang asing, padahal kenal tapi ga kenal.

Saya harus seperti ini sampai kapan?

Ya Allah, saya tersiksa banget.