Thursday 17 July 2014

Sedikit Tentang CHSI

"Suami macam apa yang lebih percaya kata orang lain daripada kata istrinya yang jelas-jelas baik dan lurus?"

Itu twit hasil saya nonton #chsi di tivi. Gemes saya dengan mas Bram, suami yang tidak tegas terhadap mantan selingkuhannya, masih aja diladenin. Lalu istri kelewat sabar, ga main tangan dengan wanita penggoda yang wajahnya empuk banget buat di..... ah syudahlah.
 
 Saya yang kurang sabar ini mungkin ga mengerti level sabar tingkat tinggi seperti bunda Hana. Dan memang bener sih, kalo main tangan bakal membuat level kita sama rendahnya dengan wanita penggoda tersebut. Tapi ya setidaknya ada yang bisa dia perbuat demi keutuhan rumah tangganya. Benar kata mba Asma Nadia sang penulis, Hana terlalu naif.

Kenapa saya masih menonton sinetron yang saya sendiri katakan sudah mulai agak berlebihan konfliknya? Karena penulis #chsi sendiri mengatakan bahwa Hana dan Karin memang ada di dunia nyata. Saya ingin tahu gimana Hana bisa survive dalam badai kapal pesiarnya bersama nakhoda, sang suami.

Saran saya buat orang yang kebetulan punya kisah yang mirip dengan mereka, sebagai pembaca dan penonton yang masih kurang ilmunya tapi ingin mencoba objektif :

Suami harus lebih tegas menghadapi mantan selingkuhan, apapun caranya. Suami harus memikirkan hati istri yang sudah terlanjur terluka dalam, bukan tergores lagi, untungnya tidak membusuk dan bernanah (kiasan dari menyimpan dendam sehingga hati menjadi gelap).

Di sini lah saya benar-benar menangkap peran pentingnya menikah dengan memilih agama di atas yang lainnya (harta, paras, suku). Dengan sendirinya, agama akan melindungi pasangan suami istri dari rasa waswas, cemas tak berujung, tidur yang tidak tenang, karena masing-masing dari mereka tahu bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis yang tidak melanggar aturan Allah, mereka tahu cara menjaga diri dari perbuatan keji. Dan haloo, suami tipe-tipe mas Bram, Anda beruntung dapat istri sholehah seperti bunda Hana. Tolong lebih buka telinga terhadap istrinya. Jangan mudah percaya dengan kata-kata orang lain apalagi mantan selingkuhan Anda. Ingat, kalian pasutri, harus percaya satu sama lain.

Walaupun pasangan yang sudah menikah berdasarkan agama (seperti Hana dan Bram yang orang lain katakan pasangan sempurna, sama-sama baik dan sholeh), pun ga luput dari cobaan. Di situ lah mereka diuji, seperti ayat berikut:

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji lagi?" QS 29:2

Ayat di atas minimal menguatkan kita agar ingat bahwa Allah SWT sayang kita, derajat kita ingin dinaikkan dengan ujian. Pada akhirnya, masalah ga ada yang di luar batas kesanggupan hambaNya. Pasti ada jalan keluar walau semua terlihat buntu...

 Lalu bunda Hana, sebagai istri yang sholehah, sebaiknya ikut apa kata suami, berbakti  lah kepada suami. Kalau minta dihargai pendapat terus, hati-hati engkau durhaka terhadap suami. Tentu istri yang sholehah tau mana perintah yang sesuai syariat, mana yang melanggar syariat. Yang sesuai syariat tak pantas diabaikan. Bunda Hana semoga level kesabaranmu ga turun level ya.


 Sulit mengaplikasikannya, apalagi saya yang belum diberi kesempatan jadi istri orang. Semoga Allah SWT memberi kemudahan bagi hambaNya yang berniat dan mau bersungguh-sungguh meraih ridhoNya. Aamiin.


"Apapun kekurangan pasangan, tak pantas dibayar dengan sebuah perselingkuhan" Asma Nadia


No comments: